Ojo Selingkuh...


Ojo Selingkuh … (Teks, Matius 10:26-33)

Langkah saya menuju passangers’bagage di Soekarno Hatta persis satu minggu lalu sempat terhenti. Tepat di depan saya empat wanita setengah baya dengan celana pendek ketat berpose riang layaknya ABG. Penampilan mereka cukup captive dengan setelan kaus oblong hitam. Pakian dan gaya mereka mengesankan kalau sebuah holiday baru saja dilewati. Barang bawaan lumayan banyak menumpuk di troli. Akan tetapi penampilan mereka yang riang itu tidak bisa menyembunyikan wajah yang letih, pun make up yang menempel di wajah tidak kuasa menyembunyikan usia mereka yang hampir berkepala empat.
Yang mengundang simpati saya dari penampilan empat wanita tadi adalah tulisan di kaus oblong hitam mereka: OJO SELINGKUH, trus di bawahnya ada tulisan Yogyakarta. Dua kata itu sepintas, jika disandingkan dengan gerak-gerik mereka nampak pas tapi sekaligus meninggalkan pertanyaan yang bisa jadi banyak… Apakah baju itu sengaja dipakai sebagai pernyataan bagi suami-suami (kalau punya) yang kiranya menanti di luar bandara bahwa mereka adalah pasangan setia tak siapapun tahu. Bisa jadi tulisan itu tinggal sebagai reminder bagi mereka berempat…bahwa liburan panjang tanpa suami bisa jadi selalu menggoda dan mereka berkomitmen untuk setia. Pun bisa jadi mereka membuat semacam peringatan bagi siapa pun yang membaca tulisan itu bahwa perselingkuhan seperti candu, yang mau melipur lara hanya sebentar dan setelahnya kita tidak pernah bahagia….
Dan wajah perempuan-perempuan itu masih terbayang ketika dari dalam jendela DAMRI yang membawaku ke Rawasari saya memperhatikan billboard raksasa yang menggemakan nada yang kurang lebih serupa dengan tulisan di kaos empat perempuan tadi: Gonta Ganti Pacar Belum Tentu Gonta Ganti Bini. Rupanya itu advertasi sebuah jenis rokok yang mau memastikan bahwa rokok itu bak istri pujaan yang sulit ditinggalkan walau orang boleh coba-coba cari yang lain. Perselingkuhan dalam dunia rokok ternyata ada, tapi apakah corak perselingkuhan itu sama dengan yang terjadi di dunia real tidak dijelaskan iklan itu…
Kata-kata Yesus yang disampaikan pada para murid minggu ini seperti mengangkat lagi pengalaman di bandara Seokarno Hatta itu. Ia menasehati para murid untuk tidak takut menghadapi bahaya: “Janganlah kamu takut terhadap mereka, karenat tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui”. Justru dalam bahaya, dalam situasi yang mengancam para muridnya, Yesus minta agar mereka tetap berani, tidak kompromis melainkan memperlihatkan sikap yang jelas. Dan di sini kita bersentuhan dengan soal nilai-nilai, apa yang baik dan apa yang tidak…Dan lebih lagi, kita diminta untuk mengambil sikap yang obyektif untuk menilai dan akhirnya memutuskan apa yang memang sungguh bernilai dan berharga; apa yang pantas ditolak dan dihindari.
Saya kagum pada empat perempuan tadi. Tanpa mempedulikan alas an kenapa mereka memakai baju itu, setidak-tidaknya dengan memakai itu mereka mau mengatakan sikap yang tegas dan jelas bahwa perselingkuhan tidak pantas dilakukan. Sikap ini terhitung jarang sekali apalagi dalam abad kemajuan yang selalu mengusung relativisme sebagai salah satu idola baru. Apel sama dengan mangga itulah relativisme. Mulai banyak orang percaya bahwa selingkuh itu sama dengan tak selingkuh. Mempunyai istri simpanan tetap wajar asalkan istri sah diperhatikan dengan baik entah secara finansil maupun secara afektif. Masih banyak contoh kecenderungan relativistis yang bisa dibentangkan. Korupsi yang mengemuka di negeri kita lahir dari anggapan bahwa korupsi itu hal yang lumrah.
Ingatan akan empat perempuan tadi memudahkan saya untuk mengerti kata-kata Yesus selanjutnya: “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah dalam terang. Dan apa yang dibisikan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah”. Apa yang benar dan baik pantas kita hidup dan kita pelihara. Dengan itu kita tetap menjadi pribadi yang otentik; bukan orang yang hanya ikut arus tanpa pernah menikmati berarti apa hidup sepenuhnya. Saya berdoa agar kita semua tetap menjadi mercu suar yang menjadi tanda penyelamat bagi yang lain…

ronald,s.x.

Blogger Template by Blogcrowds